Pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia secara berkelanjutan kini menjadi perhatian global. Valorisasi limbah dengan pirolisis adalah metode daur ulang yang bertujuan untuk memperoleh biochar yang dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesuburan tanah dan membatasi penggunaan pupuk kimia. Dalam perspektif inilah para peneliti bertujuan untuk mengubah kulit singkong menjadi biochar.
Saat ini, penggunaan biochar untuk perbaikkan tanah merupakan pendekatan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas dan kesuburan tanah. Biochar merupakan bahan yang diperoleh dengan pirolisis bahan baku. Keuntungan dari teknik pirolisis adalah membawa nutrisi ke dalam tanah dengan lebih mudah, tidak seperti metode konvensional yang membiarkan sisa tanaman di tempatnya, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk termineralisasi tergantung pada karakteristik intrinsik tanah. Transformasi limbah ini menjadi biochar penting karena mengarah pada zat yang bermanfaat dengan nilai tambah yang tinggi.
Biochar digunakan untuk memodifikasi sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Hal ini diartikan biochar memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi dan bermuatan negatif, yang memungkinkannya meningkatkan kapasitas menahan air tanah; dengan demikian, melindungi tanaman dari kekeringan. Hal juga meminimalkan pengerasan tanah dan mengurangi kepadatan tanah. Biochar menyerap nutrisi dan melepaskannya secara bertahap ke tanaman; mengurangi kebutuhan pupuk secara keseluruhan, sehingga mendorong rehabilitasi tanah yang terdegradasi. Hal ini menjadikan biochar salah satu pembenah tanah yang paling cocok untuk pertanian berkelanjutan. Biochar yang dihasilkan dari sisa tanaman diketahui memiliki kandungan karbon aromatik yang tinggi dibandingkan dengan biochar yang dibuat dari kotoran hewan.
Dalam hal ini, kulit singkong dapat digunakan untuk produksi biochar karena kelimpahannya, ketersediaannya sepanjang tahun, dan harganya yang murah. Menurut Howeler, kulit singkong mewakili sekitar 8–15% dari akar singkong, dalam keadaan kering. Di Pantai Gading, pengolahan singkong ( attiéké, placali, attoukou, gari dan lain-lain) telah menghasilkan 1.250.000 ton kulit singkong. Pirolisis dan metanasi limbah kulit singkong telah banyak dilaporkan, dengan penerapan turunannya yang berbasis karbon pada kapasitor, biogas, adsorben dan listrik.
Orisinalitas pengolahan ini terletak pada pemilihan kulit singkong sebagai bahan baku produksi biochar untuk keperluan pertanian di satu sisi dan di sisi lain penggunaan oven artisanal lokal yang lebih murah dan dapat diakses oleh semua orang. Aspek-aspek ini mencerminkan orisinalitas dan karakter inovatif.
Limbah kulit singkong dianggap sebagai limbah pertanian yang layak untuk pemulihan energi. Telah dilaporkan bahwa kandungan mineral biochar limbah kulit singkong dalam proporsi yang memuaskan, dengan kandungan karbon 48,7 % berat dan persentase natrium, kalsium, kalium dan nitrogen yang signifikan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menghargai biomassa lokal yang berasal dari tumbuhan menjadi produk bernilai tambah tinggi. Tujuan dari pengolahan kulit singkong menjadi biochar ini adalah untuk menghasilkan biochar dengan biaya rendah menggunakan pirolisis lambat dengan oven tradisional dan untuk menambah nilai limbah pertanian yang ditinggalkan.